POJOK KARAKTER
Portal Dalam Pengembangan - Progress 94,98%, Menuju Berbasis Aplikasi Playstore........
POJOK KARAKTER
MELATIH HATI, MENABUR BUDI
UNTUK MENJADI ANAK BERBAKTI
ALKISAH SI PENGEMBARA
Ada seorang pengembara yang terlalu banyak bicara. Suatu hari ia berjalan melewati hutan belantara. Di tengah hutan, tiba-tiba terdengar suara orang berbicara. Pengembara merasa takut tapi juga penasaran dan berkata dalam hati, "Suara siapakah di tengah hutan yang sepi begini?" Kemudian dengan hati-hati ia mencari asal suara tadi. Ternyata suara tadi berasal dari tengkorak manusia yang ada di bawah pohon besar. Ia kemudian memberanikan diri mendekati dan bertanya, "Hai tengkorak, bagaimana kamu sampai di hutan belantara ini?"
Di luar dugaan, tengkorak itu menjawab pertanyaannya, "Hai pengembara, yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara." Mengetahui tengkorak itu bisa mendengar dan berbicara, pengembara pun menjadi terhibur dan mengobrol dengan tengkorak itu. Dia merasa menemukan pengalaman yang aneh serta sangat menakjubkan. Saat keluar dari hutan, dengan penuh semangat ia bercerita tentang tengkorak yang bisa bicara kepada setiap orang yang dijumpainya. Tentu saja tidak seorang pun percaya dan mencemooh ceritanya, "Dasar Pembual!, mana ada tengkorak yang bisa bicara!" Akhirnya cerita tentang tengkorak berbicara itu terdengar ke istana. Baginda Raja tertarik dan mengundang pengembara ke istana.
Pengembara kemudian menceritakan pengalamannya dengan bangga, "Baginda, hamba bertemu dengan tengkorak yang bisa bicara. Mungkin Baginda bisa menanyakan tentang masa depan kerajaan ini kepada tengkorak itu". Karena rasa ingin tahu, Raja mengajak para pengawalnya dan meminta pengembara menunjukkan jalan ke hutan di mana tengkorak itu berada. Setibanya di sana, pengembara dengan penuh percaya diri langsung bertanya kepada tengkorak, "Hai tengkorak, bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini?" Kali ini tengkorak itu diam membisu. Ketika pengembara itu mengulang pertanyaannya beberapa kali dengan suara lebih keras, tengkorak itu tetap diam membisu, yang terdengar hanya desau angin dan gaung suara si pengembara.
Melihat itu para pengawal menatap Raja dengan pandangan geli. Merasa telah diperdaya, sang raja menjadi murka dan berkata pada pengembara, "Kamu harus dihukum atas hal ini." Raja memerintahkan hukuman mati untuk si pengembara dan jenazah pengembara ditinggalkan di sana. Kepalanya diletakkan di samping tengkorak tadi. Begitu raja dan para pengawalnya pergi, tiba-tiba tengkorak bersuara, "Hai pengembara, bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini?" Kepala si pengembara itu menjawab, "Yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara."
Seringkali pertengkaran, kesalahpahaman dan permusuhan besar muncul karena omongan yang tidak pada tempatnya. Mereka yang suka mengumbar omongan, sering menjadi kurang waspada sehingga mudah menyinggung, merendahkan atau melecehkan orang lain. Sekilas ini tampak sepele, namun akibatnya fatal. Alangkah baiknya, jika kita mengendalikan diri, tahu kapan dan mengapa harus berbicara. Bahkan terkadang bisa diam adalah sikap yang paling bijak seperti pepatah dalam bahasa Inggris, "Silent is golden. Diam adalah emas."
Marilah jalani kehidupan ini dengan bijaksana. Melatih hati, pikiran, telinga, mata, mulut, tangan, kaki dan semua tubuh kita agar dapat harmonis bagi diri kita sendiri, keluarga kita, orang lain dan masyarakat.
-20220625- SMPN 285 Jakarta, Hebat!